Tepat di depan Masjidil Haram, dulu berdiri kukuh sebuah benteng
penjagaan kota Makkah yang bernama Benteng Ajyad yang dibangun pada tahun
1781 pada masa Kekhalifahan Utsmaniyyah. Benteng ini kemudian
dihancurkan tahun 2002 oleh Saudi. Dan sebagai gantinya, berdirilah menara
tertinggi ketiga di dunia yang diberi nama Abraj Albait.
Saya tidak ingin masuk ke ranah pembahasan simbol-simbol yang subjektif. Mari masuk ke ranah fakta objektif saja.
Abraj Albait adalah bangunan tinggi, megah dan mewah yang terdiri dari beberapa 7 tower, diantaranya:
1. Makkah Royal Clock Tower, ini adalah tower utama yang di atasnya
dibangun jam digital raksasa. Di bawahnya ini adalah bangunan yang
difungsikan untuk Fairmont Hotel.
2. Hajar Tower, difungsikan untuk Mövenpick Hotel
3. Zamzam Tower, difungsikan untuk Pullman Hotel
4. Safa Tower, difungsikan untuk Raffles Makkah Palace Hotel
5. Marwah Tower, difungsikan untuk Marwa Rayhaan by Rotana Hotel
6. Al Maqam Tower, difungsikan untuk Swissotel Hotel
7. Qibla Tower, difungsikan juga untuk Swissotel.
Selain untuk hotel dan apartemen, Abraj Albait adalah pusat
perbelanjaan (mall) serta [usat makanan (food court and restaurant),
tempat solat (mushalla), perpustakaan, ruang observasi untuk
kepentingan hisab dan rukyah, dan lain sebagainya.
Mana yang ramai dikunjungi? Tidak lebih dan tidak bukan adalah pusat
perbelanjaan, hotel dan restorannya saja. Sementara Mushalla agak miris
memang, jika masih saja menjadi alternatif pertama dengan alasan ‘sudah
penuh’ dan malas kepanasan menuju Masjidil Haram yang di depan mata.
Apa yg lebih memiriskan?
Di pusat perbelanjaan di Abraj Albait inilah dijual gerai dan produk
yang erat hubungannya dengan Zionis Israel seperti Starbucks, Mont Blanc,
dan produk retail lainnya. Tidak cukup hanya retail, tower utama Abraj
Albait, yakni Makkah Royal Clock Tower adalah tower yang khusus
diperuntukkan untuk Fairmont Group. Baik untuk hotel di lantai 1-27,
ataupun untuk Gold Lounge-nya di lantai 28-28G.
Apa dan siapa Fairmont?
Fairmont adalah jaringan perniagaan hotel dan hiburan besar di dunia.
Pemiliknya adalah Benjamin Swig, seorang Zionis yg juga adalah seorang
banker kenamaan dunia. Selain jaringan hotel bintang lima di dunia,
Fairmont juga berbisnes kasino di Monte Carlo, Las Vegas, Singapore, dan
lainnya.
Ada hubungan dan perjanjian apa Raja Abdullah ibn Abdulaziz dengan
keluarga atau anak buahnya Benjamin Swig, sehingga Fairmont boleh wujud
dan kukuh di depan Rumah Allah?
Bagi saya cukup mencengangkan. Di mana sejatinya tempat berdirinya
Abraj Albait ini adalah Tanah Suci, Tanah Haram, yang haram bagi non
muslim berada di atasnya. Namun, nyatanya hingga detik ini justru adalah
di atas Tanah Haram berdiri mesin wang bagi Zionis Israel.
Sementara,
bangunan-bangunan sejarah dihancurkan dengan alasan menjaga kemurnian
tauhid. Menyedihkan, bukan?
Di mana rumahnya Ayahanda Abdullah dan Ibunda Nabi Siti Aminah?
Sekarang menjadi perpustakaan yang juga tidak pernah buka sama sekali.
Di mana rumah Abu Bakar dan Utsman, kini telah menjadi bangunan Hilton
Hotel. Di mana benteng Ajyad tempat tentera Kekhalifahan berdiri tegak
menjaga kesucian Masjidil Haram dan Makkah Al Mukarramah? Kini telah
menjadi mesin wang Zionis Israel dengan hotel, restoran, minuman, wangian
dan barang mewah yang harganya wah!
Bukannya ini hanya muamalah biasa?
Fenomena ini ada pula yg menganggapnya biasa, sebagaimana Sang Raja
dulu juga menganggapnya biasa. Halal. Muamalah katanya. Saya
menanggapinya dengan mengurai fakta juga bahawa dulu Syarif Husein
menerima 7 juta Pound sterling juga beralibi itu wang halal. Hadiah dari
Inggeris katanya. Demikian juga Ibnu Saud saat menerima ratusan ribu
pondsterling per bulan juga dengan alasan halal. Jizyah dari Inggeris
katanya. Tapi apakah ‘hadiah’ dan ‘jizyah’ itu demikian bersih adanya?
Sejarah dan fakta sekarang mengatakan tidak.
Ini bukan masalah halal atau haram. Ini masalah propaganda. Jika
produk halal dari produsen umat Islam masih ada, kenapa mesti membeli
produk Zionis sana? Jika Al Marwa Rayhaan Hotel harga dan fasilitinya
sama, kenapa mesti ke Fairmont? Jika mengenakan minyak wangi Abdul Somad Al
Qurashi atau Arabian Oud itu wangi, mewah dan harganya sama, kenapa memilih Mont Blanc? Jika minum kopi di gerai pemilik Muslim sama,
kenapa harus ke Starbucks? Jika belanja di Bin Dawood itu boleh, kenapa
memilih belanja di Gazzaz? Kecuali tidak ada alternatif, bolehlah. Ini
alternatif masih banyak. Tidak perlu kemudian mengundang Zionis Israel
menginjak tanah suci, bahkan tepat di depan Masjidil Haram.
Saya marah, kecewa, lalu kemudian menangis sejadi-jadinya jika sedang berada di kawasan ini.
***
Kemudian apa yang boleh kita lakukan adalah berdoa dan berupaya. Kita
meminta kepada-Nya agar segala bentuk kezaliman, penistaan, propaganda
dan penipuan di Tanah Suci segera berakhir sambil melakukan ikhtiar
optimal dari apa yang kita bisa. Upaya #BoikotProdukYahudi masih dirasa
cukup efektif. Maka lakukan. Ajak sebanyak mungkin umat Islam agar
mengerti, memahami dan turut serta.
Kita ke Tanah Suci adalah untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Bukan
untuk membuat Zionis Israel dan semua pendukungnya semakin kaya, semakin
durjana.
sumber